- Pertemuan bulanan Dharma Wanita (DW) Dinas Pertanian dan Acara Silahturahmi dengan Aparatur Sipil N
- Champion Cabe Kabupaten Solok melakukan Kerjasama dengan PT.Sarana Pangan Madani
- Kegiatan Tematik di BPP IX Koto Sungai Lasi
- GAMBARAN PEMBIBITAN TERNAK SAPI DI KABUPATEN SOLOK
- KUNJUNGAN KEPALA DINAS PERTANIAN KE BRIN DAN PT FOOD STATION TJIPINANG
- MENGENAL TRANSFER EMBRIO (TE) SEBAGAI TEKNOLOGI DALAM PENINGKATAN MUTU GENETIK TERNAK SAPI
- PENANDAAN DAN PENDATAAN TERNAK SAPI DI KABUPATEN SOLOK UNTUK MENANGGULANGI WABAH PMK
- PENGEMBANGAN AYAM KUKUAK BALENGGEK MELALUI PELATIHAN KELOMPOK TANI
- PELAYANAN INSEMINASI BUATAN (IB) PADA TERNAK
- STRATEGI PENGEMBANGAN AYAM KAMPUNG MELALUI SELEKSI
MENGENAL TRANSFER EMBRIO (TE) SEBAGAI TEKNOLOGI DALAM PENINGKATAN MUTU GENETIK TERNAK SAPI
Keterangan Gambar : Aplikasi Transfer Embrio (TE) di Nagari Koto Gadang Guguak Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok.
Salah satu metode bioteknologi reproduksi tingkat sel yang sudah terbukti dapat dipakai untuk mempersingkat waktu pencapaian perbaikan tingkat mutu genetik diharapkan adalah transfer embrio (TE). Keuntungan penggunaan metode transfer embrio adalah dapat ditingkatkannya kapasitas reproduksi dari sapi betina. Meskipun tingkat keberhasilan TE belum sebaik Inseminasi Buatan (IB), namun TE dapat memperpendek interval generasi antara tahapan seleksi dengan dapat dihasilkannya progeny donor dalam persentase yang tinggi. Transfer embrio merupakan teknologi reproduksi yang dipakai dalam program pemuliabiakan ternak dengan memanfaatkan bibit induk betina unggul dan juga jantan unggul secara maksimal untuk peningkatan produktivitas (jumlah dan kualitas) ternak. Tujuan TE adalah peningkatan produktivitas yang terintegrasi dengan perbaikan mutu genetik ternak dalam waktu yang singkat. Menurut Gordon (2004) transfer embrio merupakan suatu teknik dimana embrio dikoleksi dari alat kelamin ternak betina (ternak donor) dan ditransplantasikan kedalam saluran reproduksi ternak betina lain (ternak resipien) untuk melanjutkan kebuntingan.
Embrio merupakan hasil pembuahan spermatozoa dan sel telur yang terjadi secara alami maupun buatan (in vivo ataupun in vitro) yang dipanen (flushing) pada umur 7 hari dan bisa transferkan ke induk sapi. Menurut Bahrudin (1999), tingkat keberhasilan kebuntingan dengan aplikasi TE saat ini sudah mencapai 47.9% untuk embrio segar dan baru mencapai sekitar 30% untuk embrio beku. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan kebuntingan dari aplikasi TE yaitu kualitas embrio, media transfer, sinkronisasi estrus antara sapi donor dengan resipien, infeksi, penempatan embrio pada uterus, dan nutrisi dari ternak resipien (Soehadji 1995). Kualitas embrio yang baik harus diketahui dengan cara dilakukan evaluasi embrio terlebih dahulu. Teknologi TE memberikan keuntungan ganda, yaitu dapat memfasilitasi peningkatan mutu genetik ternak sekaligus memperoleh sapi yang berkualitas genetik tinggi dalam jumlah besar baik dari pejantan maupun dari betina unggul. Keuntungan lainnya dari embrio transfer adalah memudahkan embrio didistribusi antar wilayah bahkan antar negara dalam keadaan beku, sehingga tidak perlu mengangkut ternak hidup dalam jarak yang jauh.
Baca Lainnya :
- PENANDAAN DAN PENDATAAN TERNAK SAPI DI KABUPATEN SOLOK UNTUK MENANGGULANGI WABAH PMK1
- PELAYANAN INSEMINASI BUATAN (IB) PADA TERNAK0
- STRATEGI PENGEMBANGAN AYAM KAMPUNG MELALUI SELEKSI0
- MEMILIH BIBIT SAPI BERKUALITAS UNTUK USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG0
- PENINGKATAN POPULASI SAPI POTONG DI KABUPATEN SOLOK2
Terdapat 3 (tiga) tahapan dalam aplikasi TE yaitu seleksi lokasi, seleksi peternak dan seleksi resipien. Adapun yang pertama adalah seleksi lokasi yang merupakan hal penting dalam penerapan aplikasi TE, yang mana lokasi yang dipilih merupakan lokasi dengan tingkat keberhasilan IB tinggi dengan S/C<1,7 yang artinya ternak tersebut tidak lebih dari 2 kali IB untuk menjadi bunting, selain itu lokasinya harus bebas dari penyakit hewan menular, dan tersedian sapi resipien yang memenuhi syarat teknis sebagai sapi potong maupun sapi perah. Tahapan kedua merupakan seleksi peternak, adapun peternak yang dipilih sebaiknya peternak bersedia mengikuti kesepakatan yang berkaitan dengan ternak hasil TE, selain itu peternak harus memiliki resipien yang memenuhi persyaratan TE dan memilik sisten pencatatan atau recording yang baik. Tahapan ketiga adalah seleksi resipien yang telah memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Umur sapi betina relatif muda/dara atau sapi dewasa yang sudah beranak 1 (satu) kali.
2. Performa tubuh baik ditandai dengan Body Condition Score (2,5-3).
3. Berat badan minimal 300 kg.
4. Tidak pernah mengalami gangguan reproduksi.
5. Siklus birahi normal (18-21 hari)
Terdapat 3 (tiga) tahapan metode transfer embrio yang terdiri dari segar, direct dan kultur. Namun metode yang paling sering digunakan adalah metode direct atau langsung. Pada metode direct, embrio yang digunakan adalah embrio yang sudah dibekukan. Kemudian straw yang beisi embrio beku di thawing/diencerkan terlebih dahulu dengan cara didiamkan diudara selama 10 detik, selanjutnya dimasukkan kedalam air dengan suhu 38o C selama 5 detik. Kemudian straw dimasukan kedalam gun TE untuk segera dimasukkan kedalam saluran reproduksi sapi betina resipien.
Ternak sapi hasil TE tentunya memiliki kualitas genetic yang baik karena barasal dari pejantan dan betina unggul. Adapun anak hasi TE yang berjenis kelamin jantan biasanya akan dimanfaatkan oleh Balai Inseminasi Buatan (BIB) terkait untuk dijadikan sebagai pejantan unggul untuk memproduksi semen beku. Namun apabila hasil TE adalah ternak betina biasanya juga dapat dijadikan sebagai sapi donor yang dimanfaatkan oleh Balai Embrio Transfer. Kelahiran sapi betina pada hasil TE juga dapat dijual oleh peternak tentunya dengan harga yang lebih tinggi karena ternak hasil TE merupakan bibit unggul.
Meskipun teknologi TE memberikan keuntungan yang nyata, namun tingkat keberhasilan TE masih relatif rendah. Oleh sebab itu perlu kerjasama antara stakeholder terkait untuk mengkaji lebih dalam mengenai penerapan teknologi TE. Sehingga besar harapan teknologi TE dapat berkembang dengan pesat sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh peternak.